Jumat, 16 Desember 2011

Keluarga Adalah Segalanya

Sapaan di YM membuatku beralih dari DemoCrazy di MetroTV yang sedang membahas tentang polemik pemberhentian Jaksa Agung-Hendarman Supandji. Dari seorang sahabat lama ternyata, sebut saja AW. Dia lebih dari sekedar sahabat sebenarnya, karena kami melewatkan empat tahun lebih bersama. Satu kampus, satu jurusan, satu kelas, (sering) satu kelompok tugas, dan satu kelompok pengajian. NIM kamipun hanya selisih 3 digit-aku 0009, dia 0012-. Dalam bahasa yang singkat, kami sudah sangat saling mengenal.
Diawali dengan bertegur sapa dan menanyakan kabar, dilanjutkan dengan sharing aktivitas saat ini. Yang kutahu, selepas dia lulus S1 (sekitar awal 2010) dia sempat bekerja di Jakarta. Tidak lama, karena setelah itu dia memutuskan kembali ke kampung halamannya di Pulau Borneo sana. Dengar-dengar kabar, dia sedang mengikuti rangkaian tes kerja untuk sebuah Bank Daerah disana.
Maka kutanyakanlah kabar itu padanya. Ternyata betul dia sedang mengikuti proses rekruitasi kerja, namun belum ada hasilnya. Kutanyakan lebih lanjut, apa saja aktivitasnya sembari menunggu hasil seleksi. Ternyata, dia sedang disibukkan dengan aktivitas merawat keluarga. Selama Ramadhan, sang kakek masuk RS karena pengapuran tulang. Selepas itu, gantian ibunya yang harus dirawat karena penyakit diabetesnya. Begitulah peran seorang putra pertama-meskipun dia anak kedua.
Kuingat beberapa waktu yang lalu, namanya sempat muncul di daftar peserta seleksi pegawai sebuah BUMN besar, hanya saja karena lokasi tesnya jauh di Jogja sana, akhirnya dia memutuskan untuk tidak mengikutinya. Waktu itu aku berpikir, betapa ruginya dia melewatkan kesempatan itu. Kesempatan yang jarang datang untuk yang kedua kalinya. Saat ini barulah kumengerti alasannya tidak mengikuti proses seleksi itu. Karena keluarga adalah segalanya. Kesempatan merawat keluarga-apalagi yang sedang sakit- tidak akan mungkin bisa dibandingkan dengan kesempatan mengikuti seleksi kerja-meskipun sebesar apapun perusahaan itu.
Mengutip dari film ’3 Idiots’, “ada banyak sekali ujian, tapi ayah hanya satu”. Begitu jugalah yang berlaku bagi sahabatku ini, “seleksi kerja ada banyak, tapi kakek dan ibu hanya satu”. Ya, keluarga adalah segalanya.
Apa yang kita usahakan dalam hidup, disamping untuk diri kita pribadi, untuk siapa lagi kita berikan selain untuk keluarga? Gaji yang kita terima, untuk siapa lagi kalau bukan untuk kita dan keluarga? Nilai-nilai baik yang kita dapat selama kuliah, tidak akan indah jika tidak didedikasikan untuk keluarga kita. Ya, keluarga yang telah mendukung kita. Maka sungguh merugilah orang-orang yang hanya menimbun kekayaan semata untuk dirinya sendiri, sementara mereka membujang, lapuk, sendiri, lalu mati tanpa ada yang menangisi.
Di keluargalah peluang mendapatkan surga-Nya menjadi semakin terbuka lebar. Orang tua, yang ridha Allah disematkan pada mereka. Anak-anak (yang shaleh), yang menjadi menjadi investasi amal jariyah kita. Pasangan hidup kita-suami atau istri-, yang menjadi ladang amal luas dalam kehidupan kita. Tak lupa saudara-saudara kita. Oleh karena itu, tak salahlah jika memang keluarga adalah segalanya.


Sumber : http://bijakfajar.wordpress.com/2010/09/26/keluarga-adalah-segalanya/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar